SUMBAR- Hari ini akan digelar agenda puncak Tabuik di Pariaman. Tabuik bakal diarak dari Simpang Tabuik hingga dibuang ke laut.
Sebelum prosesi tersebut, Tabuik terlebih dahulu Naiak Pangkek, bagian-bagian Tabuik dihubungkan sehingga mencapai ketinggian puluhan meter.
Pada bagian Pangkek Ateh Tabuik Pariaman terdapat gambar Kalajengking. Ternyata gambar Kalajengking itu melambangkan karakteristik warga Pariaman itu sendiri.
Kalajengking mempunyai sifat yang unik. Pada kondisi tertentu hewan kelas Arachnida itu bersifat tenang namun di situasi lain ia bisa agresif bahkan sangat agresif. Dipersenjatai dengan capit yang tajam serta racun yang maha perih di bagian ekornya.
Lalu bagaimana falsafah orang Pariaman terhadap Kalajengking sehingga potret hewan beruas dengan delapan kaki itu dilekatkan pada Tabuik menghadap ke atas.
Menyoal terkait itu, Sumbarkita menemui salah seorang Tuo Tabuik Pasa Generasi ke lima yang bernama Drs. Zulbakri.
"Pada bagian Pangkek Ateh Tabuik tepatnya pada kendi terdapat gambar Kalajengking yang menghadap ke atas. Kalajengking mempunyai falsafah tertentu yaitu menggambarkan karakter orang Pariaman," ungkap Drs. Zulbakri pada Sumbarkita, Minggu (21/7/2024).
Menurut Drs. Zulbakri sifat Kalajengking sangat tenang, namun jika diusik dan zona nyamannya diganggu, Kalajengking akan memberikan perlawan yang agresif.
"Sifat orang Pariaman juga demikian. Orang Pariaman sangat tenang pada dasarnya. Namun jika diusik, diganggu, dan disakiti maka mereka akan melawan bahkan dengan perlawanan yang tidak pernah disangka-sangka," ungkap Zulbakri.
Dalam perlawanan tersebut, kata Tuo Tabuik Pasa itu, seperti layaknya Kalajengking, sengat akan digunakan tatkala posisi sudah terancam.
"Senjata terakir orang Pariaman dalam mempertahankan dirinya harus melumpuhkan lawannya," ucap Zulbakri yang kerap disapa Mak Etek itu.
Sifat lainnya dari Kalajengking, kata Mak Etek lagi, adalah serangga yang melahirkan.
"Ketika Kalajengking melahirkan anaknya dia membesarkan anaknya di atas pundaknya sendiri. Bagi kami orang Pariaman, sudah menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi bahwa tugas orang tua tidak hanya melahirkan anak namun membimbing dan mengasuh hingga dewasa," jelas Drs. Zulbakri.
Begitupun dengan anak Kalajengking, lanjutnya, anak Kalajengking bila sudah mencapai umur mandiri maka dia tidak bergantung pada orang tuannya.
"Itu melambangkan bahwa anak muda-mudi di Pariaman bersifat mandiri. Harus mampu bertahan hidup tanpa bergantung pada orang tua," ujarnya.
Dikatakannya juga, sifat lainnya dari Kalajengking adalah serangga yang berumur panjang. Kalajengking bisa bertahan hidup selama 25 tahun.
"Artinya apa, karena Kalajengking bisa beradaptasi dengan lingkungan sehingga mampu berumur panjang. Orang Pariaman juga demikian, cakap beradaptasi dengan lingkungan dan pandai memposisikan diri," ungkap Zulbakri.
Sifat terakir dari Kalajengking yang menggambarkan karakter orang Pariaman adalah bersinar dalam kegelapan.
"Kalajengking itu mampu bersinar di kegelapan dan mampu merefleksikan cahaya matahari," ucap Zulbakri.
Sifat itu, katanya lagi, menggambarkan bahwa orang Pariaman mampu memberikan warna sendiri atau menjadi penyeimbang dalam situasi yang canggung.
"Orang Pariaman tidak terpengaruh pada situasi buruk. Cendrung teguh pendirian di saat lingkungannya gelap atau memanas," kata Tuo Tabuik itu.
Begitulah falsafah Kalajengking pada Tabuik menurut orang Pariaman itu sendiri. Zulbakri mengatakan cukup mudah untuk melihat watak dan karakter orang Pariaman.